Posted in Chapter, Comedy, Fanfiction, Marriage Life, PG-15, Romance

Beauty and The Beast Chapter 1 [The Cold-Jerk Man]

beautyandthebeastcover

Title : Beauty and The Beast (Chapter 1)

Subtitle : The Cold-Jerk Man

Genre : Romance, Comedy, Marriage Life

Length : Multi Chapter

Rating : PG-15

Author : HyeKim

Cast :

-Luhan as Luhan

-Hyerim (OC) as Kim Hyerim

-Kyuhyun Super Junior as Cho Kyuhyun

-V BTS as Kim Taehyung

-Nara Hello Venus as Kwon Nara

Summary : Beauty and The Beast adalah cerita dongeng yang dulu selalu menghiasi masa kecil seorang Kim Hyerim. Hyerim dulu sempat berkata ingin menjadi Belle, si cantik yang jatuh cinta pada beast. Si pangeran yang dikutuk jadi monster. Apa yang akan Hyerim lakukan bila hal tersebut terjadi padanya?

 

Disclaimer : This is just work of fiction, the cast(s) are belong to their parents, agency, and God. Inspiration from K-Drama ‘Full House’ and J-Drama ‘Itazura Na Kiss : Love in Tokyo’. The same of plot, character, location are just accidentally. This is not meaning for aggravate one of character. I just owner of the plot. If you don’t like it, don’t read/bash. Read this fiction, leave your comment/like. Don’t be plagiat and copy-paste without permission.

 

“Dia memang pria tampan yang sempurna layaknya pangeran. Tapi semuanya menjulukinya ‘‘the beast’, karena memiliki sifat dingin dan tidak berperasaan. Layaknya monster yang terjebak dalam tubuh pangeran ….” 

HAPPY READING

HyeKim ©2016

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

PREVIOUS :

Teaser  || (NOW) Chapter1 [Cold-Jerk Man]

PROLOG

 

“… akhirnya Belle dan Beast hidup bahagia selamanya. Nah, Hyerim … diambil pelajaran dari dongeng ini. Kadang kala cinta itu buta tidak peduli seberapa buruk atau jeleknya wajah maupun sikap orang tersebut, kadang cinta datang bersemi dari hati.”

 

“Begitu ya, Eomma? Tapi bila lelaki tak berperasaan itu adalah pangeran tampan yang dikutuk seperti Beast sih aku mau dengannya.”

 

“Belle adalah anak yang baik merelakan dirinya tinggal dengan seorang monster demi menyelamatkan ayahnya.”

 

“Belle sangat cantik dan baik, tapi jatuh cinta dengan seorang monster dan monster itu ternyata seorang pangeran. Aku ingin jadi Belle!”

 

“Bagi Eomma, kamu adalah si cantik Belle kedua di sini. Sekarang ayo tidur, besok hari kamu akan menjadi gadis dewasa yang cantik seperti Belle dan menemukan seorang pangeran tampan yang dikutuk seperti Beast.”

 

Tidak ada yang tahu. Sebuah ucapan kadang kala akan menjadi sebuah doa yang terkabulkan untuk diri kita sendiri di masa yang akan datang.

 

.

 

.

 

.

 

Sinar mentari pagi menembus kulit putih langsat milik gadis bersurai hitam panjang bernama lengkap Kim Hyerim. Gadis itu sedikit menggerutu saat merasakan silaunya sengatan sang cahaya pagi itu dari balik jendela dapur rumah susunnya. Tandanya ini sudah cukup siang untuk dirinya masuk kampus. Salahkan lah Kim Taehyung, sang adik, yang memintanya membantu dalam mengerjakan PR Fisika yang membuat kepala Hyerim berputar-putar layaknya dalam labirin.

 

Noona, sarapannya mana?” Suara si bungsu yang terpaut usia 3 tahun dari Hyerim, terdengar dari ruang makan yang di atas mejanya hanya ada kekosongan. “Noonaaaa!!! Sarapannya cepat siapkan!” seru Taehyung.

 

Hyerim menggerak-gerakkan bibirnya kesal, dirinya terlambat bangun karena bocah SMA itu juga. Dan sekarang bukan hanya Taehyung yang akan terlambat, tapi ayahnya, juga dirinya. Hyerim mengambil roti bakar yang sudah jadi ke atas piring. Setelah 7 tahun lalu sang Ibu pergi ke pangkuan Tuhan, Hyerim lah yang bertanggung jawab mengurusi urusan rumah tangga keluarga Kim.

 

“Dasar Ajeomma, menyiapkan seperti ini saja lama,” gerutu Taehyung saat Hyerim meletakkan 3 piring roti bakar di atas meja makan.

 

Hyerim mendelik kesal ke arah Taehyung yang sudah duduk menikmati sarapannya dengan mulut belepotan lantaran buru-buru. 

 

YA! Aku terlambat juga karena dirimu bocah tengil!” seru Hyerim sambil menjewer keras telinga kanan Taehyung.

 

“Aw! Aw! Noona! Ampunnnnn …,” ringis Taehyung. Hyerim menatapnya dengan mata menyala-nyala.

 

“Ampun katamu huh? Kau ini dasar adik tidak tahu—“

 

Hyerim yang sudah memiting kepala Taehyung dan sudah siap dengan tinjuan di tangan kanannya terhenti, ketika sosok paruh baya ayahnya keluar dari kamar dengan wajah lusuh. Namun sang kepala keluarga tersebut masih menunjukkan senyum hangatnya melihat perseteruan putra-putrinya. Hyerim dan Taehyung menatap ayahnya dengan tatapan berbeda saat berjalan dan duduk di kursi reyot meja makan mereka. Taehyung menatap ayahnya bingung, sementara Hyerim dengan tatapan khawatir.

 

Appa, baik-baik saja?” tanya Hyerim yang sudah duduk manis di hadapan sang ayah, dan Taehyung duduk di sebelah Hyerim yang lalu larut kembali pada aktivitas sarapannya.

 

Tuan Kim tersenyum dan mengangguk. “Hanya pegal-pegal saja, pasti akan baikan nantinya.”

 

Hyerim mengangguk-anggukkan kepalanya dan kembali menatap ayahnya yang seakan menahan sakit. 

 

Appa, tidak usah kerja saja hari ini,” usul Taehyung yang melihat kondisi memprihatinkan ayahnya. Hal tersebut disertai anggukan mantap Hyerim.

 

“Bila Appa tak kerja, kalian akan dapat uang dari mana?” Tuan Kim tersenyum sambil mengunyah rotinya yang hampir habis.

 

Hyerim hanya menghela napas dan mengambil roti isinya, lantas larut akan kegiatan makannya. Ya, hanya ayahnya lah tulang punggung keluarganya. Dan sang ayah melarang keras Hyerim bekerja walau part time, alasannya agar si putri sulungnya fokus kuliah. Sekon kian berganti dan acara ritual pagi sebelum memulai aktivitas di luar rumah tersebut selesai. Hyerim yang benar-benar sudah kepalang telat, langsung berdiri untuk pergi.

 

Appa, Taehyunggie, aku duluan, ya? Nanti aku akan menjemput kalian, arrachi?” ucap Hyerim yang lalu memberikan kecupan sayang kepada ayah dan adiknya.

 

“Ih! Noona! Jangan cium aku!” Taehyung berseru seraya mengelap pipi kirinya yang dicium Hyerim, dengan tangannya. Hyerim hanya memeletkan lidahnya sambil berjalan pergi. Sang ayah hanya terkekeh pelan melihat tingkah keduanya. Setidaknya, kedua anaknya adalah vitamin dalam kehidupannya saat ini.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Sebuah mobil mewah berhenti di depan restoran berbintang 5 yang berposisi di daerah Gangnam. Dengan setelan jas rapi yang digunakannya, seorang lelaki turun dengan percaya diri disertai sikap angkuh dan wajah dinginnya. Tak sedikitpun para gadis yang sekedar lewat berdecak kagum akan ketampanannya; bak seorang pangeran dari sebuah cerita dongeng. Sebut saja nama lelaki tersebut Luhan.

 

Luhan, seorang businessman sukses dalam usia yang tergolong muda. Mempunyai pesona dan ketampanan yang luar biasa. Dengan langkah angkuhnya, Luhan memasuki restoran bintang 5 yang tak lain adalah miliknya. Para pelayan langsung membungkuk melihat kehadiran Luhan.

 

“Selamat siang, Tuan Lu,” sapa sang manajer dengan senyum ramahnya. “Sudah lama sekali Anda tidak menengok ke sini.”

 

Luhan langsung melewati sang manajer dengan instruksi agar lelaki tersebut mengikutinya di belakang. 

 

“Ya, sudah lama sekali. Aku hanya ingin melihat para kinerja pegawai di sini,” ucap Luhan sambil memandang sekitar.

 

PRANG!

 

Sampai sebuah suara antara piring yang bertabrakan dengan lantai pun terdengar memasuki gendang telinga Luhan, menimbulkan pecahan beling berserakan di lantai disertai makanan yang sudah tak terbentuk rapi. Langsung saja Luhan menengokkan kepalanya ke arah sumber suara dengan mata memicing. Sang manajer sudah menggigit bibir bawahnya gelisah.

 

“Maafkan saya Nyonya, maaf.” Seorang pria paruh baya berseragam khas pelayan, membungkuk berkali-kali lalu memunguti material di atas lantai akibat kejadian beberapa sekon yang lalu.

 

“Tidak apa-apa, Pak. Sepertinya Anda sakit, lebih baik Anda meminta izin untuk pulang,” ucap Sang Nyonya lembut dan penuh perhatian. Pelayan tersebut mengangguk dan lantas pergi setelah membereskan kekacauan tersebut.

 

Ya! Neo!” teriak Luhan yang lalu berjalan menghampiri si pelayan.

 

Lelaki paruh baya tersebut membalikan badannya dan terkejut karena ‘si monster’ ternyata sedang berada di sini bahkan di hadapannya, menatapnya tajam dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tatapan itu bagaikan laser bagi Kim Hyunseok—si pelayan tersebut—.

 

“Kau ini bisa kerja atau tidak sih? Kau tahu kan ini restoran bintang 5! Yang rata-rata menampung pelanggan kelas atas, bila kinerja pegawainya lalai sepertimu, apa kata mereka?! Kau bosan bekerja di sini? Kau se-putus asa itu untuk memintaku memecatmu, ya?” omel Luhan panjang lebar tanpa jeda, seakan menyimpan pasokan oksigen yang banyak. Kim Hyunseok hanya menunduk tak berani menghadapi Luhan.

 

Pekerja lain pun demikian, oh ayolah boss macam Luhan memang sangat menyeramkan. Walau mempunyai wajah yang mampu membuat hati para gadis berguling-guling, tapi sifat dingin dan tak berperasaannya ini yang membuatnya layaknya monster yang terjebak dalam tubuh seorang pangeran. Para pelanggan pun tampak tak peduli atas hal yang terjadi. Dan Luhan masih memasang tatapan lasernya pada Hyunseok.

 

“Kau ini masih butuh sesuap nasi tidak sih? Bila tidak, langkahkan kakimu pergi dari sini. Pegawai sepertimu tidak berguna sama sekali, sepatu lusuhmu mengotori restoran ini. Jadi—”

 

PLAK!

 

Satu sengatan mendarat di pipi Luhan menimbulkan efek denyutan perih; efek setelah merasakan tamparan keras.  Ucapan Luhan memang sudah menorehkan luka dalam hati Hyunseok, wajar bila Hyunseok mendaratkan tangannya menampar lelaki tengil ini. Tapi yang mengejutkan adalah bukan Hyunseok yang menampar Luhan. Melainkan seorang gadis yang berdiri di samping kanan Luhan dengan napas memburu. Luhan menatapnya kaget sambil memegang pipi kirinya yang ditampar.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Hyerim berjalan terburu-buru setelah mata kuliahnya selesai hari ini. Dirinya langsung menaiki bus menuju Gangnam, tak peduli sedari tadi sahabat baikny, Kwon Nara, memanggilnya. Roda bus bergesekkan dengan aspal menuju daerah elit tersebut. Hyerim langsung melompat turun saat bus berhenti di halte tujuannya. Langsung saja kakinya membawa Hyerim masuk ke sebuah restoran berkelas tempat ayahnya bekerja. Hyerim yang sudah memasang wajah ceria langsung luntur seketika, saat melihat seorang lelaki yang dengan ketidak sopannya memarahi ayahnya.

 

“Kau ini masih butuh sesuap nasi tidak sih? Bila tidak, langkahkan kakimu pergi dari sini. Pegawai sepertimu tidak berguna sama sekali, sepatu lusuhmu mengotori restoran ini. Jadi—”

 

Hyerim membulatkan mulutnya kaget dan langsung mengambil langkah lebar menuju pria tersebut yang masih berceloteh. Tanpa pikir panjang, gerakan refleks tersebut terjadi, tangan Hyerim menampar keras pipi Luhan hingga membuat kepala pria tersebut berputar ke samping. Hyerim dapat merasakan napasnya memburu menahan amarah. Aura kelam mulai menyelimuti Hyerim kala Luhan menatapnya balik dengan tatapan kesal. Para pegawai di situ sudah membuka mulut lebar melihat aksi nekad Hyerim.

 

“Hei! Kau! Bisakah bicara yang santun pada ayahku? Jangan mentang-mentang kau ini orang kaya yang bisa melampiaskan rasa laparmu ke restoran bintang 5, jadi sikapmu seenak diri sendiri! Kau buta? Oh apakah dokter matamu yang berkelas itu harus memberimu obat sakit mata? Ayahku ini sakit! Sudah sakit-sakitan! Kau harus memakluminya bila melakukan keteledoran!” semprot Hyerim membuat Luhan membulatkan matanya kaget. Sepertinya bocah kuliahan ini tidak tahu bahwa Luhan lah pemilik restoran bintang 5 tersebut. Dan memang nyatanya Hyerim tidak tahu sama sekali.

 

Ayah Hyerim juga sudah membulatkan matanya tak percaya akan tingkah Hyerim. Para pegawai di sana sudah memandang takjub kelakuan berani Hyerim pada Luhan. 

 

“Hyerim-a, cepat minta maaf,” bisik sang ayah. Hyerim menatap ayahnya kesal dan menggeleng.

 

“Aku tidak harus minta maaf, tapi si lelaki kurang ajar ini yang harus minta maaf padamu, Yah,” ketus Hyerim yang melipat tangan di depan dadan sambil menatap Luhan angkuh. Luhan hanya tertawa membuat Hyerim mengernyit bingung.

 

“Minta maaf? Sepertinya kau ini harus bercermin, Nona. Kalian yang harus minta maaf, tak pantas seorang berkelas sepertiku meminta maaf kepada orang rendahan seperti kalian,” ucap Luhan disertai tatapan menghinanya.

 

“APA KATAMU?!” Hyerim berusaha melayangkan tinjunya pada Luhan bila saja Hyunseok tidak menahannya.

 

“Lebih baik kita pulang saja, Hyerim.” Hyunseok langsung menarik putrinya pergi, sebelumnya dirinya setengah membungkuk pada Luhan.

 

Sementara Hyerim masih berusaha melepaskan diri dari Hyunseok untuk menghajar Luhan. “Hei! Kau! Lihat saja! Kudoakan kekayaanmu habis ditelan bumi, agar sifat angkuhmu hilang. Dasar pria sialan!” Teriakan Hyerim masih terdengar dan Luhan hanya memasang tampang remehnya.

 

Setelah bayangan ayah-anak tersebut mengecil dan kian menghilang. Luhan menengok menatap manager restoran. “Siapa pria tersebut?” tanya Luhan.

 

Sang manajer langsung berdiri tegak dan menjawab, “Kim Hyunseok, Sajangnim.”

 

“Pecat dia sekarang juga. Bila si Kim Hyunseok itu datang bekerja besok, dempak saja dirinya. Bila kalian tidak melakukannya, aku sendiri yang akan melakukannya,” ucap Luhan santai lalu melangkah pergi. Si manajer hanya membungkuk dan mengangguk. Walau dalam hati ada perasaan tak tega, tapi siapa yang berani melawan beast seperti Luhan? Jawabannya; hanya seorang Kim Hyerim yang tadi berani melawannya.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Sinar mentari masih terlihat malu-malu muncul di sebelah timur. Hyerim yang sudah bangun dari subuh tampak sedang menjemur pakaian yang telah dicuci olehnya. Gadis berumur 21 tahun tersebut menghela napas lega saat pekerjaannya selesai. Hyerim langsung merajut langkah menuju kamar mandi. Saat melewati kamar ayahnya, Hyerim jadi teringat kejadian kemarin. Ayahnya main menariknya dan mengabaikannya yang mengomel terus-menerus, sampai rumah ayahnya langsung masuk kamar hingga malam datang menyelimuti.

 

Apakah Hyerim melakukan kesalahan menyemprot lelaki tak tahu sopan santun tersebut? Kenapa ayahnya malah tidak suka? Entahlah, Hyerim sendiri bingung dan memilih membasuh tubuhnya dengan air. Setelah selesai mandi, Hyerim langsung berdandan rapi dan menuju meja makan. Di sana hanya ada Taehyung yang sedang makan sereal.

 

Noona memang tidak niat membuatkan sarapan.” Gerutuan Taehyung lah yang menyapa Hyerim membuat gadis bermarga Kim tersebut mendengus.

 

“Syukur-syukur kita masih bisa makan.” Hyerim mulai duduk dan menyendokkan serealnya. “Appa mana?” Hyerim mengedarkan pandangan ke penjuru rumah mencari ayahnya. Taehyung hanya mengedikkan bahu.

 

“Mungkin di kamar.”

 

Hyerim yang khawatir karena ayahnya belum menerima asupan makan apapun dari malam, langsung menuju ruangan pribadi ayahnya tersebut. Dibukanya kayu yang sudah mulai reyot tersebut yang menimbulkan bunyi decitan. Perlahan bola mata Hyerim menelusuri isi kamar.

 

Appa ….” Panggilan pelan terucap dari bibir tipis Hyerim kala melihat Hyunseok tengah terduduk lesu di meja kerjanya. “Appa tidak bekerja? Kenapa belum siap-siap?”

 

Kepala Hyunseok menengok ke arah Hyerim dengan tatapan sayu yang membuat si putri gelisah dan makin khawatir. Ayah yang sudah Hyerim kenal seumur hidupnya itu hanya memasang senyum tipis dan menggeleng.

 

Appa dipecat, Hye. Karena lelaki yang kau semprot kemarin adalah si pemilik restoran.”

 

Seakan petir menyambar di tengah-tengah langit Seoul yang cerah, lutut Hyerim terasa lemah dan akan terjungkal begitu saja bila dirinya tak dapat menahan tubuhnya. Jadi …. lelaki kurang ajar kemarin adalah boss ayahnya? Lalu sekarang, Hyerim harus bagaimana? Bola mata hitam pekatnya beradu dengan bola mata ayahnya yang menampilkan tatapan sayu.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Hyerim duduk termenung di kantin universitas Kyunghee. Setelah melewati pagi mendebarkan, akhirnya Hyerim dapat menata langkah meninggalkan ayahnya di rumah. Dilanjutkan mengantar Taehyung ke sekolahnya dan berakhir dirinya di kampusnya. Nara hanya menatap heran sahabatnya yang tampak aneh hari ini.

 

“Hoi!” Nara mengibaskan tangan di depan wajah Hyerim, membuat Hyerim terkesiap dan mengerjapkan mata beberapa kali. “Kau ini kenapa, sih?” tanya Nara yang lalu memakan camilannya.

 

Hyerim mendesah sambil mengaduk-ngaduk mie yang ia pesan beberapa menit lalu tanpa selera.

 

“Masih ingatkan ceritaku di telepon tadi malam? Tentang pria kurang ajar yang mengomeli ayahku?” 

 

Nara mengangguk dan menyeruput ice teanya.

 

“Ternyata lelaki kurang ajar itu adalah boss ayahku.” Perkataan Hyerim barusan sukses membuat air mancur berupa teh dingin keluar dari mulut Nara. Gadis tersebut terbatuk-batuk sambil menatap Hyerim yang masih terlihat lesu, dengan kaget.

 

“Apa katamu? Boss? Berarti ayahmu di .. pe .. cat?” ucap Nara lambat-lambat. Hyerim mendesah frustasi dan mengangguk.

 

Nan eottokhae? Keluargaku butuh penghasilan dan sekarang ayahku dipecat.” Hyerim melemas seketika. Nara menatapnya prihatin.

 

“Ayahmu bekerja di restoran naungan Lu Industries kan?” Hyerim mengangguk dan Nara menatapnya serius. “Kamu harus minta maaf padanya, Hyerim. Pemilik Lu Industries sangat berbahaya.”

 

Mendengar usulan Nara membuat Hyerim menatapnya terkejut sekaligus tidak setuju. “Minta maaf? Tidak mau! Dan apa bahayanya si lelaki kurang ajar itu huh?”

 

Nara meraih tangan Hyerim dan megenggamnya erat membuat Hyerim risih. “Luhan, nama pemilik Lu Industries, dia ….“ Hyerim memutar bola matanya malas dan memotong ucapan Nara.

 

“Aku tidak mau tahu sejarah si lelaki kurang ajar itu, Kwon Nara!” seru Hyerim, tapi Nara malah kembali melanjutkan.

 

“Dia memang pria tampan yang sempurna layaknya pangeran. Tapi semuanya menjulukinya ‘the beast’, karena memiliki sifat dingin dan tidak berperasaan. Layaknya monster yang terjebak dalam tubuh pangeran. Kau harus minta maaf padanya, harus!” tegas Nara sambil melotot pada Hyerim yang langsung mecondongkan tubuh ke belakang. Apakah harus dirinya minta maaf?

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

From : Nenek

 

Kau harus datang ke ballroom Seoul Milinium Hotel malam ini! Ada gadis cantik lagi untukmu, Lu.

 

Luhan memutar bola matanya malas mengingat pesan konyol yang berasal dari neneknya. Kemacetan Seoul senja ini mungkin lebih baik berlanjut dibanding Luhan harus sampai ke tempat tujuan. Nenek dan ibunya tak habis-habisnya menjodohkannya dengan perempuan manapun walau hasilnya selalu sama: Luhan tak akan berhasil dengan perempuan manapun itu. Luhan menghela napasnya saat lalu lintas mulai lancar. Subaru XV-nya pun sampai ke tempat tujuan, dengan malas, Luhan turun dari mobilnya dan mulai memasuki hotel tersebut dan menuju ballroom.

 

“Asal kau tahu, Bomi-ssi, Luhan itu sangat baik dan berkepribadian lembut pada perempuan.” Suara neneknya dengan aksen berlebihan terdengar memasuki indra pendengaran Luhan yang sedang berjalan masuk ke tempat perjanjian.

 

“Iya, pasti kau luluh dan takluk padanya!” Sautan ibunya membuat Luhan menyunggingkan smirknya dan sampai ke tempat tujuan.

 

“Maaf aku terlambat.,” Luhan langsung membungkuk pada semua orang di sana. Di situ terdapat juga ayah-ibu Bomi. Luhan langsung duduk di hadapan Bomi yang sudah tersenyum-senyum malu karena ketampanan Luhan.

 

Eo jalseongkyeosso, (gantengnya)” puji ibu Bomi, Luhan hanya tersenyum menanggapinya. “Uri Bomi sangat cocok dengannya,” tanggap Nyonya Yoo—ibu Bomi—, dan dijawab anggukan Tuan Yoo. Ibu dan nenek Luhan tersenyum riang mendengarnya.

 

“Menurut Bibi begitu? Menurut saya tidak,” ucap Luhan sambil menyandarkan punggungnya santai, membuat semua orang menatapnya dengan mata membulat. “Tipe perempuanku itu jauh dari Bomi-ssi yang terlalu glamour, berdandan menor, dan wajah yang kelewat cantik. Risih! Sangat risih bila berjalan-jalan dengannya, tidak cocok denganku! Dan aku tidak suka rambut cokelatnya, warnanya jelek sekali. Dan high heels yang dirinya pakai seakan menyaingi tingiku. Apakah tinggi badanmu sangat pendek Yoo Bomi-ssi? Wah! Gadis pendek, sangat buruk sekali.”

 

Luhan mengeluarkan komentar pedasnya sambil menggeleng sok prihatin. Seluruh anggota keluarga Yoo menatap Luhan kaget begitu pula nenek dan ibunya. Luhan merasakan kakinya diinjak heels ibunya, tapi berusaha Luhan abaikan rasa sakit tersebut.

 

“Terima kasih pujiannya, Luhan-ssi. Saya dan kedua orang tua saya izin undur diri. Selamat malam,” ucap Bomi yang langsung berdiri disusul orang tuanya dan mulai beranjak pergi. Nenek dan ibu Luhan berusaha menahan Yoo sekeluarga, tapi gagal.

 

Luhan tampak meminum cola yang tersedia di meja dengan santai. Nenek dan ibunya sudah menatapnya bringas. 

 

Ya! Luhan! Kau ini apa-apaan selalu seperti itu! Bersikaplah yang layak bila kami sedang berusaha menjodohkanmu!” teriak Nyonya Lu.

 

Luhan hanya mengedikkan bahu tidak peduli. “Kalian sendiri sudah tahu, ‘kan aku tidak mau? Masih saja ngotot menjodohkanku.”

 

“Kalau begitu kapan dirimu membawa gadis sebagai calon pendamping?” tanya nenek. 

 

Luhan tampak terdiam, jatuh cinta dan menjadikan seorang gadis kekasihnya? Apakah dirinya bisa?

 

“Tunggu sebentar lagi, aku akan memperkenalkannya pada kalian,” tukas Luhan yang lalu berdiri dan pergi menjauh dari sang nenek dan ibu.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

“Aku pulang!” seru Hyerim saat memasuki rumah susunnya yang anehnya tidak terdengar suara kegiatan makan malam dari arah ruang makan yang harusnya terjadi waktu ini, membuat sebuah lipatan di kening Hyerim tercipta yang menandakan sebuah kebingungan. 

 

Hyerim pulang terlambat karena mencari pekerjaan part time untuknya dibantu Nara, walau belum membuahkan hasil sama sekali.

 

Noonaaa!!!” Teriakan Taehyung terdengar dari arah ruang makan.

 

Teriakan panik tersebut membuat langkah lebar tercipta dari kaki Hyerim. Saat sampai ke ruang makan, dapat dilihat Taehyung tengah menatap panik ayah mereka yang jatuh pingsan tanpa tahu sebabnya.

 

Appa!” seru Hyerim panik, yang lalu ikut berjongkok di sebelah tubuh terkapar ayahnya. “Taehyung! Ayo kita ke rumah sakit! Cepat!” teriak Hyerim saat merasakan denyut jantung ayahnya berdetak lemah.

 

Tanpa aba-aba, Taehyung menggendong tubuh ayahnya di punggungnya, sesegera mungkin berlari keluar rumah susun mereka, diikuti Hyerim di belakangnya. Tak peduli apapun, yang penting mereka sampai ke rumah sakit.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Hyerim dan Taehyung duduk di kursi tunggu rumah sakit sambil menunduk. Ayahnya sudah masuk ruang UGD untuk diperiksa. Hyerim meraih tangan Taehyung dan menggenggamnya erat. Menyalurkan rasa takut yang dirasakannya. Taehyung pun mengelus-elus tangan Hyerim agar sang kakak tenang.

 

“Keluarga pasies Kim Hyunseok.” Panggilan suster terdengar membuat Hyerim dan Taehyung berdiri. Suster tersebut memerintahkan kedua kakak beradik tersebut menemui dokter.

 

Akhirnya di sini lah keduanya, duduk berhadapan dengan dokter yang sedang mengamati hasil kesehatan sang ayah. Hyerim dan Taehyung menelan ludah tegang kala dokter mengangkat wajah dari dokumen tersebut dan menatap keduanya.

 

“Jadi bagaimana ayah saya, Dok?” tanya Taehyung.

 

Dokter tersebut menghela napas. “Kim Hyunseok divonis menderita kanker hati stadium lanjut. Pasien membutuhkan operasi reseksi untuk pengangkatan bagian-bagian tertentu organ hati yang rusak, setelah itu pasien diharuskan menjalani kemoterapi secara rutin. Setidaknya sampai mendapatkan hati baru untuk melakukan transplantasi hati,” jelas dokter bername tag Song Seungwoon tersebut.

 

Tubuh Hyerim maupun Taehyung lemas seketika mendengarnya. Ayah mereka menderita kanker hati? Dan harus menjalani pengobatan dan operasi? Oh! Ya Tuhan! Rasanya Hyerim ingin berteriak frustasi kala saat itu juga sang dokter menyerahkan dokumen administrasi rumah sakit.

 

“Itu biaya administrasinya, harap dituntaskan agar operasi reseksi dapat dijalani, begitu pula kemoterapi Pasien Kim Hyunseok setelah operasi.”

 

Hyerim menatap penuh arti kertas tersebut dan Taehyung memandang Hyerim khawatir. Uang! Uang! Kanker! Kanker! Dua kata yang membuat pertahanan Hyerim runtuh. Uang tabungannya pun tidak cukup untuk biaya sebesar ini.

 

Noona …” Taehyung memanggilnya dengan nada pelan. Hyerim menatap adiknya yang memandangnya dengan tatapan khawatir.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Mentari pagi mulai muncul menyinari bumi dan dengan nakalnya menyeruak masuk ke dalam kamar pribadi seorang Luhan. Membuat lidah tak bertulang itu mengeluarkan umpatan karena tidurnya terganggu oleh tamparan sinar tersebut. Luhan mulai bangun dan duduk di atas ranjang, diacaknya rambut berantakannya tersebut. Saat dirinya mengangkat wajahnya, betapa jantungnya tak terkontrol dan seakan mau lepas mendapati sosok lelaki memakai jas kantor memandangnya sembari memasukkan tangan ke saku celananya.

 

Ish, Hyung. Bisakah setiap datang budayakan mengetuk pintu, meminta izin, dan bukannya main nyelonong masuk?” ucap Luhan pada sosok pemuda di hadapannya, panggil saja Cho Kyuhyun.

 

Kyuhyun hanya mengulum seulas senyum dan duduk di atas ranjang Luhan tepat di samping pemuda tersebut. “Kau menolak gadis pilihan Nenek dan Bibi?”

 

Luhan memasang tampang masa bodohnya dan mengangkat bahunya tak acuh. “Aku tidak bisa menerima perempuan manapun lagi, Hyung.”

 

“Kamu harus melupakannya, come on Luhan! Banyak sekali stock perempuan mengantri hanya untukmu.” Kyuhyun menepuk punggung Luhan, membuat Luhan mengembuskan napas dan beranjak pergi.

 

“Oh ya, Lu. Apakah kau memecat seseorang lagi?”

 

Rajutan langkah Luhan terhenti kala pertanyaan Kyuhyun tersebut menerobos indra pendengarannya.

 

“Ya.” 

 

Jawaban singkat keluar dari mulut Luhan dan kembali langkah kakinya menuntun dirinya ke kamar mandi.

 

Ya! Ada apa lagi denganmu huh? Kenapa main memecat orang?! Hei Luhan!” 

 

Kendati teriakan tersebut tidak mendapati sautan kala terdengar suara shower memekikkan telinga.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

“Huaaa!! Aku harus bagaimana?!” Jeritan frustasi mendominasi ruangan berwarna peach tersebut. 

 

Kim Hyerim tampak mengacak-acak rambutnya dan memasang wajah putus asanya. Sementara Kwon Nara yang ada di hadapannya, memasang wajah iba untuk Hyerim. Dirinya juga turut sedih dan frustasi atas berita kolapsnya ayah Hyerim.

 

“Kau harus mencari pekerjaan, Hyerim-a.”

 

“Aku tahu Nara, aku tahu. Tapi di mana?” ucap Hyerim tambah frustasi.

 

“Tempat kerja ayahmu saja. Kan ayahmu yang dipecat, kau melamar saja di sana. Pasti mereka membutuhkan tenaga kerja karena ayahmu dipecat,” usul Nara membuat Hyerim mengangkat wajah dengan mata berbinar.

 

“Ah sahabatku ini memang cerdas …” respons Hyerim membuat Nara tersenyum membanggakan diri. “TAPI APA KAU LUPA HAH KWON NARA?! AYAHKU DIPECAT KARENA AKU, BODOH! TENTU SAJA AKU TIDAK BISA DITERIMA BEKERJA DI SANA!” teriak Hyerim tanpa jeda dengan mata melotot dan wajah galak, membuat Nara mencondongkan tubuh ke belakang dengan menutup mata karena ketakutan.

 

Masih larut akan kefrustasiannya. Seketika benda mungil berbentuk kotak yang diberi nama ponsel tersebut, bergetar. Ponsel bercasing bunga-bunga milik Hyerim pun akhirnya terhenti deringannya ketika sang empunya mengangkat panggilan tersebut.

 

Yebeoseyo?”

 

“Apakah benar ini Nona Kim Hyerim, kakak dari Kim Taehyung?”

 

“Ya benar, apa ada sesuatu terjadi pada Taehyung?”

 

“Eumm … begini Nona. Ini masalah administrasi Kim Taehyung. Taehyung harus menyelesaikan administrasinya untuk bisa mengikuti ujian akhir sekolah.”

 

Skak mat! Masalah baru lagi muncul. Taehyung yang merupakan siswa tingkat akhir sekolah menengah atas harus menuntaskan administrasinya. Dan sekarang Hyerim harus bagaimana? Uang! Hal yang membutakan dan sangat penting di dunia ini. Hyerim hanya dapat menggigit bibir bawahnya keras tanpa tidak tahu harus bagaimana lagi.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Noona.” 

 

Hyerim mengabaikan panggilan Taehyung tersebut. Sang Adik hanya menghela napas kala dikacangi sang kakak.

 

Nara hanya menatapi punggung Hyerim prihatin. Sekon yang lalu, Hyerim baru saja menemui bagian administrasi dan kepala sekolah Taehyung. Biaya sekolah Taehyung sudah 4 bulan tidak dibayar. Ditambah administrasi untuk ujian akhir. Hyerim rasa kepalanya ingin pecah saat itu juga.

 

“Taehyung-a, biarkan saja kakakmu sendiri. Hyerim perlu menjernihkan pikirannya,” bisik Nara. Taehyung pun mengangguk karena sangat mengerti bagaimana sifat kakaknya itu. Keduanya akhirnya masuk meninggalkan Hyerim sendirian di balkon rumah susun keluarga Kim.

 

Hyerim mendongak menatap langit yang terhampar luas. Pikirannya melayang mengingat ucapan Nara tempo itu.  

 

“Dia memang pria tampan yang sempurna layaknya pangeran. Tapi semuanya menjulukinya ‘the beast’, karena memiliki sifat dingin dan tidak berperasaan. Layaknya monster yang terjebak dalam tubuh pangeran. Kamu harus minta maaf padanya, harus!” 

 

“Tempat kerja ayahmu saja. Kan ayahmu yang dipecat, kamu melamar saja di sana. Pasti mereka membutuhkan tenaga kerja karena ayahmu dipecat.”

 

Hyerim menghela napasnya, kemudian mengangguk mantap. Dalam sekali hentakan, Hyerim berdiri dan berjalan menjauhi rumah susunnya. Tekadnya sudah bulat. Ya, dirinya harus melakukannya sekalipun menjatuhkan harga dirinya. Harga dirinya tidak lebih penting dari ayah dan adiknya.

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

 

Luhan tampak mengotak-atik laptopnya. Jari-jemarinya bergerak layaknya menari di atas keyboard menciptakan sebuah deretan tulisan di laptopnya. Tapi sekelebat kejadian beberapa hari lalu terngiang kembali di otaknya. Seorang gadis dengan seenaknya memaki dan menamparnya. Luhan seketika menutup laptopnya kasar kala mengingat memori tersebut. Sebuah bunyi telepon terdengar memasuki gendang telinga Luhan. Lelaki tersebut mengangkatnya karena sudah tahu pasti telepon tersebut paling tidak dari karyawannya.

 

“Ya, ada apa?” tanya Luhan tidak berselera.

 

“Presdir, ada yang ingin bertemu dengan Anda. Katanya dirinya adalah putri dari Kim Hyunseok.”

 

Netra Luhan seketika membulat sempurna mendengarnya. Gadis yang ia ketahui putri dari mantan pekerjanya, Kim Hyunseok datang. Entah angin dari mana. Dan entah mengapa bibir Luhan mengatakan hal ini.

 

“Suruh dia masuk ke ruanganku.”

 

To be Continued

 

Hola! Quetal? oh bien… /seketika spanish abalku kumat-_-/ oke in indonesia. Hai, apa kabar? oh baik… ahahahah! akhirnya CHAPTER 1 RILIS HORAY DAN PENJAJAHAN DENGAN UTSKU FINALLY END YUHUU~ Dan aslie ini pertamanya Hye buat karakter Luhan tengil cem gini ugh T^T bisa dibilang FF ini terinspirasi dari drama korea Full House ya sedikit sih, abis lagi enak-enaknya nonton di RCT* pas itu LOL. Dan melihat poster fanfic ini, Luhannya wajahnya tengil ya berasa errrr… pengen nabok /gak/ ya semoga aja kalian ngena sama sikap tengilnya Luhan di FF ini yang kadang wajahnya random bisa tengil minta dilempar sepatu atau bisa unyu-unyu minta dikecup ): OH GOSH MY MIND FULL OF LUHAN T_T WALAU AKU UDAH DI SAKIT HATIIN BERIBU KALI SAMA RUSA TENGIL ITU DENGAN FOTO PEMOTRETAN MAJALAHNNYA YANG EKHEM LANGSUNG NGAIT 2 CEWEK… AH SUDAHLAH ELSA MALAH CURHAT LOL XD. Last, don’t forget RCL yaps my beloved vitamin ♥

Author:

❝Because reality is not beautiful like a fiction, but reality can be wonderful more than the fiction.❞ — Luhan's tinkerbell & Shownu's bebe || ©2001

Write ur Love Letter . . . <3