Posted in Chapter, Comedy, Fanfiction, Marriage Life, PG-15, Romance

Beauty and The Beast Chapter 2 [Contract Marriage?!]

beautyandthebeastcover

Title : Beauty and The Beast (Chapter 2)

Subtitle : Contract Marriage?!

Genre : Romance, Comedy, Marriage Life

Length : Multi Chapter

Rating : PG-15

Author : HyeKim

Cast :

-Luhan as Luhan

-Hyerim (OC) as Kim Hyerim

-Kyuhyun Super Junior as Cho Kyuhyun

-V BTS as Kim Taehyung

-Nara Hello Venus as Kwon Nara

Summary : Beauty and The Beast adalah cerita dongeng yang dulu selalu menghiasi masa kecil seorang Kim Hyerim. Hyerim dulu sempat berkata ingin menjadi Belle, si cantik yang jatuh cinta pada beast. Si pangeran yang dikutuk jadi monster. Apa yang akan Hyerim lakukan bila hal tersebut terjadi padanya?

Disclaimer : This is just work of fiction, the cast(s) are belong to their parents, agency, and God. Inspiration from K-Drama ‘Full House’ and J-Drama ‘Itazura Na Kiss : Love in Tokyo’. The same of plot, character, location are just accidentally. This is not meaning for aggravate one of character. I just owner of the plot. If you don’t like it, don’t read/bash. Read this fiction, leave your comment/like. Don’t be plagiat and copy-paste without permission.

“Kau … harus mau menikah kontrak denganku.”

 

HAPPY READING

HyeKim ©2016

 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

PREVIOUS :

Teaser  || Chapter 1 [Cold-Jerk Man]|| (Now) Chapter 2 [Contract Marriage?!]

Hyerim mengembuskan napas dan mencengkram ujung kemejanya keras. Baru beberapa sekon lalu si resepsionis di hadapannya tadi memberi tahu di mana ruangan Luhan dan entah mengapa lelaki kulkas itu mau bertemu dengannya. Dengan langkah sedikit berat, Hyerim pun akhirnya masuk lift dan menuju lantai 6. Sambil melihat angka di atas lift, akhirnya lift sampai di tempat tujuan.

Langsung saja kakinya berjalan menuju ruangan paling besar di lantai tersebut. Hyerim membiarkan kepalan tangannya melayang di udara, helaan napas keluar dari mulutnya. 

Oke! Sekarang!, gumam Hyerim dalam hati. Langsung saja kepalan tangannya menyentuh pintu tersebut. Menimbulkan efek ketukan beberapa kali.

“Masuk.” Suara si monster yang terdengar dingin itu pun terdengar. 

Hyerim pun memejamkan matanya dan menghembuskan napas untuk kesekian kalinya. Barulah saat dirinya dapat menata diri, tangannya terangkat meraih kenop pintu.

Benda mati berwarna putih tersebut pun akhirnya terbuka menampilkan interior ruangan kerja yang apik dan didominasi warna putih. Hyerim pun sudah merajut langkahnya kian mendekat ke arah si monster yang sedang sibuk dengan laptopnya. Dengan gugup, Hyerim berdehem guna membuat intensi Luhan teralih ke arahnya. Dan berhasil, kepala Luhan pun terangkat menatap Hyerim yang tengah menggigit bibir bawahnya gugup.

“Ada apa kau ke sini?” tanya Luhan dingin disertai tatapan matanya yang datar. Hyerim mulai meremas ujung roknya dan menunduk.

“Aku ingin minta maaf soal perihal yang terjadi tempo itu …” Hyerim menarik napas sejenak, kemudian melanjutkan, “Aku tahu aku sangat lancang ….” —Walau aslinya kau yang seperti guguk, Hyerim menambahi dalam hati tapi langsung otaknya mengingatkan: kau-butuh-pekerjaan-minta-maaf-lah-dan-buang-harga-dirimu-demi-ayah-dan-Taehyung. 

“Oh bagus! Bagus sekali kalau kau sadar, Nona Muda!” potong Luhan masih dengan nada sedingin es dan sindiran. 

Hyerim ingin sekali menampar Luhan untuk kesekian kalinya karena tanpa etika memotong ucapannya. Tapi ingat! Hyerim harus menahan amarahnya agar niatnya hari ini selesai.

“Ya, aku sadar dan sangat sadar aku sangat lancang kala itu ….” —Sebenarnya tidak, sih, kau memang butuh tamparan.

Hyerim mendongak dan menatap Luhan. Detik itu pandangan keduanya bertemu untuk pertama kalinya. Mata hitam sayu nan lembut itu. Mengingatkan Luhan akan sesuatu yang mulai berkelebat dalam benaknya; memaksa kinerja otaknya berjalan mundur. 

“Aku mohon maafkan aku dan … bisakah dirimu …” Hyerim menggantungkan ucapannya, sementara Luhan masih membeku kala melihat manik mata Hyerim yang mengingatkannya pada seseorang.  “… mempekerjakan aku,” lanjut Hyerim yang langsung membuang gas karbondioksida yang tadi rasanya mencekik dadanya. 

Luhan mengerjapkan matanya dan berdehem, berusaha tidak terjebak kembali dalam larutan obsidian dara di hadapannya, dan mengangkat kepala menatap tajam Hyerim.

“Cih!” desis Luhan sambil memasang wajah merendahkan. “Setelah apa yang terjadi kau ingin aku mempekerjakanmu?! Mimpi saja sana! Aku tidak butuh pegawai perempuan yang ringan tangan sepertimu Nona,” pungkas Luhan sambil mengibas-ngibaskan tangannya dengan sikap angkuhnya.

Oh … ini sudah diduga oleh Hyerim dari awal. Maka gadis itu sudah siap mental dan mulai berucap kembali dengan nada memohon. 

“Kumohon, ayahku  … ayahku …, beliau sedang collapse. Aku butuh uang, Luhan-ssi.” Sembari menangkupkan tangannya, Hyerim memandang Luhan dengan tatapan memelas dan pria itu menatap dirinya tidak peduli.

“Ayahmu collapse? Apa stress karena kehilangan pekerjaannya? Wah! Menakjubkan!” tanggap Luhan dengan sikap antusias yang sangat dipaksakan dan tepuk tangan singkat. 

Hyerim kembali bersikap sabar dengan menarik napas dalam. 

Sialan, tanganku gatal ingin menampar lagi wajah monster ini.

“Kumohon walau sikapmu benar-benar tidak memiliki etika. Aku mohon dengan sangat, aku harap kau bisa mempekerjakanku. Tak peduli kau ingin memperlakukanku seperti budak atau apapun, yang penting aku membutuhkan uang sekarang …” Hyerim menghela napas sejenak, kemudian melanjutkan, “Aku sungguh-sungguh minta maaf, dan kumohonnnn … bantulah aku kali ini, Luhan-ssi.”

Luhan berjalan mendekat ke arah Hyerim membuat gadis itu menelan ludah takut, saat jarak antaranya dan Luhan hanya beberapa jengkal. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Hyerim dengan mata yang bertumpu satu sama lain, terkunci oleh tatapan tajam seorang Luhan. Embusan napas pria itu dirasakan oleh Hyerim tepat di wajahnya.

“Sangat memprihatinkan ya keadaanmu Nona Kim,” ucap Luhan masih dengan tatapan tajam dan posisinya seperti itu. “But it’s late to say sorry.” Luhan pun menjauhkan wajahnya membuat Hyerim yang tadi menahan napas bisa mengembuskannya dengan lega. Tapi tak dipungkiri akalnya buntu kala ini, tak tahu harus bagaimana untuk membujuk Luhan.

Hyerim seketika menjatuhkan dirinya di hadapan Luhan dan menatap dengan tatapan meminta tolongnya. “Kumohon, aku butuh uang untuk ayahku dan adikku .…”

Luhan hanya memutar bola matanya malas. “Sudah kubilang bahwa—”

Suara ponsel Luhan terdengar membuat lelaki tersebut menghentikan ucapannya, diraihnya ponselnya yang ia taruh di saku setelan celana kainnya. Sekilas ditatapnya layar ponselnya dengan malas sebelum mengangkatnya.

“Ada apa, Bu?” Dengan suara datarnya yang khas, Luhan menyapa orang di seberang sana. Hyerim yang tidak sengaja mendengarnya hanya tak habis pikir, bagaimana bisa lelaki ini bersikap begitu pada orang yang menelponnya yang Hyerim yakini adalah Ibu Luhan.

“Ibu masih ingat kata-katamu yang akan membawa seorang gadis. Berkali-kali kau mengatakannya. Nenek sudah tidak sabar melihat cucu kebanggaannya menikah sebelum dirinya tidak diberi kesempatan untuk melihat dunia lagi ….”

“Ibu berucap seperti itu seakan Nenek akan meninggal hari ini.” Luhan memotong dengan nada malasnya disertai bola matanya yang memutar.

“Ya! Jaga ucapanmu, Luhan! Nenek masih sangat sehat, anak tengil! Kami hanya ingin melihatmu menikah, itu saja. Kau, ‘kan selalu bilang tidak mau dicarikan gadis, inginnya mencari gadis sendiri. Maka carilah secepatnya!”

Luhan mengembuskan napas frustasi sebelum menanggapi ucapan ibunya. “Baiklah! Aku akan membawa seorang gadis besok malam, tepat di Vatos Urban Lacos. Apa Ibu  puas sekarang?”

Luhan dapat mendengar neneknya—yang mungkin dari tadi menguping percakapan dirinya dan sang ibu—, memekik girang dari seberang sana. 

“Oh tentu saja, sayangku! Oh anakku yang tampan! Bawalah gadis yang layak untukmu ya. Ahh … akhirnya, jam 19.45, kami akan standby di Vatos Urband Lacos. Selamat kerja putra kecilku.” Nyonya Lu berucap dengan aksen berlebihan dan langsung menutup panggilan tersebut.

Luhan membuang napas frustasi dan kelima jarinya menyelinap masuk ke rambutnya dan mengacaknya frustasi. Ya Tuhan! Gadis mana yang akan ia bawa besok malam? Masa iya dia akan membawa gadis bayaran begitu? Kalau tidak saja ibu dan neneknya tidak akan menamparnya dengan sepatu mereka, Luhan pasti bisa saja melakukannya. Dia benar-benar frustasi akan rencana gila ibu serta neneknya yang selalu menjodohinya oleh gadis manapun selama beberapa tahun terakhir.

“Ekhem.” Hyerim berdehem membuat Luhan menatapnya dan teringat gadis berparas manis itu masih setia berlutut di bawahnya. “Sepertinya kau terlihat frustasi …,” komentar Hyerim yang lantas berdiri. “Aku hanya ingin memohon kembali untuk mempekerjakan aku.”

Luhan menatap dalam Hyerim yang langsung bergidik ngeri. Gadis ini sama saja dengan ibu dan neneknya yang tengah memohon sesuatu padanya yang sangat membuat Luhan pusing. Bagaimana bisa para perempuan membuatnya pusing? Memangnya Luhan bisa sekaligus membuat permohonan mereka diselesaikan di waktu yang bersamaan? Memangnya Luhan ini .… Eh tunggu! Menyelesaikan permohonan ketiganya dalam waktu bersamaan? Luhan melebarkan mata dan menjentikan jarinya.

“Ya benar! Aku bisa melakukannya!” seru Luhan yang mulai berjalan bolak-balik di hadapan Hyerim yang memandangnya bingung disertai kerutan di dahinya. “Ya! Itu ide yang brilian …,” gumam Luhan mengomentari ide yang melintas di kepalanya beberapa detik lalu.

“Kau ini kenapa?” ucap Hyerim gemas, membuat Luhan berhenti berjalan mondar-mandir dan lagi-lagi menatapnya dalam.

“Kau ….” Luhan mulai menghapus jarak antara dirinya dan Hyerim. Gadis Kim itu mati kutu saat sekian kalinya Luhan tepat di hadapannya. “Kau … harus mau menikah kontrak denganku, maka aku akan membantumu. Akan kubiayai apapun yang kau butuhkan saat ini.”

Pupil mata Hyerim melebar ditambah mulutnya yang terkatup-katup, tampang bodohnya juga turut menghiasi. APA? MENIKAH KONTRAK? Tolong! Rasanya Hyerim benar-benar akan gila saat ini. Ditatapnya balik Luhan yang ada di hadapannya.

“Menikah kontrak?!” seru Hyerim, Luhan mengangguk. “Dan bila aku mau, kau akan membiayai biaya rumah sakit ayahku dan administrasi sekolah adikku?” Luhan kembali mengangguk. “KAU KIRA AKU PENGEMIS HAH KARENA MEMOHON DARI TADI?! SEENAKNYA SAJA MEMINTAKU MENIKAH DENGANMU?! SEAKAN AKU BISA DIBAYAR BEGITU SAJA ATAS PERINTAHMU! AKU MEMANG BUTUH UANG! TAPI TIDAK DENGAN SEPERTI INI!” teriak Hyerim tanpa jeda.

Luhan menjauhkan diri dari Hyerim kala disemprot oleh teriakan dahsyat seorang Kim Hyerim. Dapat dilihat oleh Luhan, Hyerim tengah mengatur napasnya yang tersenggal-senggal. 

“Sudah! Kau benar-benar seorang monster! Aku pamit undur diri,” ucap Hyerim yang lalu mulai melangkah pergi.

Luhan tersadar dan berteriak memanggil Hyerim. “Hey Nona! Kita sama-sama saling membutuhkan, bukannya itu adil? Hey!” teriak Luhan yang tak dihiraukan oleh Hyerim yang sudah melenyapkan diri dari ruangan Luhan.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

“Terima kasih semuanya atas kerja kerasnya hari ini. Sampai jumpa besok,” cetus pemuda bermarga Cho tersebut pada para pekerja restorannya ketika dirinya dan para pekerjanya selesai menutup restoran.

Para pekerja restorannya satu-persatu berpamitan, meninggalkan Kyuhyun yang terakhir meninggalkan restoran dan kini tengah mengunci pintu restorannya. Sekonyong-konyong, ponsel pintar Kyuhyun berbunyi. Diangkatlah oleh Kyuhyun panggilan tersebut setelah menaruh kunci di saku, nyatanya telepon tersebut berasal dari bibinya yang menggantikan sosok ibunya yang telah pergi kembali ke sisi-Nya.

Halo, Kyuhyun-a.”

“Halo Bibi. Ada apa menelepon?” Kyuhyun menjawab sapaan tersebut sambil berjalan menuju mobilnya. 

“Bibi menelponmu karena ada berita terbaru.”

“Berita apa?” Alis Kyuhyun mengkerut sambil tangannya yang tidak memegang ponsel mengeluarkan kunci mobil, lantas membuka kunci pintu mobilnya dan Kyuhyun pun masuk ke dalam mobil. 

“Ini mengenai Luhan. Katanya si anak tengil itu akan membawa gadis besok malam di hadapanku dan Nenek.”

Pupil mata Kyuhyun melebar mendengarnya. Dirinya benar-benar senang, akhirnya sepupunya kembali membuka hati setelah sekian lamanya. Harapannya adalah semoga hal yang terjadi di masa lampau kerap tidak terulang kembali.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

“Hua! Kwon Nara! Dasar lelaki tengil! Seenaknya saja menyuruhku menikah kontrak dengannya. Memangnya aku gadis kontrakan apa hah?!” seru Hyerim yang sudah sedikit kehilangan kesadarannya.

Malam belum terlalu larut kala sang bulan dan para bintang menghiasi langit saat ini. Nara mengajak Hyerim ke sebuah kedai di daerah Itaewon untuk menjernihkan pikiran gadis bermarga Kim tersebut. Seperti apa yang diceritakan gadis itu sore tadi di depan rumah susunnya, Nara dapat merasakan kekesalan terkubur dalam diri Hyerim yang ditunjukkan pada lelaki bernama Luhan tersebut. Maka Nara mengajak Hyerim ke sini, walau jadinya gadis itu meminum hampir 3 botol soju seorang diri.

“Hyerim-a, kau sudah mabuk.” Nara merebut gelas yang tertampung penuh alkohol khas Korea tersebut, kala Hyerim ingin menyiramnya masuk ke kerongkongannya. “Ya, Luhan memang kurang ajar. Tapi sekarang kau berhenti minum, oke?”

Hyerim hanya menunduk dengan mata setengah terpejam. “Huh, uang …, aku memang butuh uang tapi tidak dengan menikah kontrak,” gumam Hyerim membuat Nara menghela napasnya. “Dasar monster! Tidak punya hati! Mana mau aku menikah denganmu walau hanya sekedar kontrak!”

Nara pun memilih mengambil kue beras yang sedari tadi dianggurkan. Membiarkan Hyerim mengoceh agar gadis tersebut tidak kembali larut akan soju untuk dikonsumsi tubuhnya. Nara dapat merasakan getaran di saku celana jeansnya. Diambilnya benda mungil tersebut yang menampakkan sebaris nama yang tak asing lagi baginya, Kwon Seoyoung. Adik bungsu Nara tengah menelponnya. Dengan rasa aneh karena adik berbeda 7 tahun tersebut menelponnya malam-malam begini, Nara pun mengangkatnya.

“Kakak cepat pulang! Ibu dan Ayah berkelahi hebat ….” Suara panik Seoyoung terdengar dan Nara hanya membulatkan matanya.

“Berkelahi kenapa? Apa kau tidak bisa meleraikan keduanya?”

“Ishh Kakak! Aku takuttt!! Ibu seakan ingin mencincang Ayah dengan pisau di tangannya. Eottokhae?” panik Seoyoung, berhasil membuat Nara juga panik.

“Baiklah aku akan segera pulang, tunggu saja, oke. Secepatnya aku sampai!” seru Nara yang langsung berdiri dan menaruh beberapa lembar uang di atas meja sebagai bayaran. Dilupakannya Hyerim yang sudah menjatuhkan kepala di atas meja dan terlelap, langkah lebar Nara sudah meninggalkan kedai tersebut.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Malam sudah larut diiringi angin yang berembus menggelitik kulit menjadikannya sebuah rasa dingin. Kyuhyun menyesap kopi hangatnya, setelah tercerna habis, dirinya menaruh cangkir di atas tatakan yang menimbulkan sedikit bunyi.

“Nona, bangun .… Nona.” Terdengar  suara seorang pelayan yang sedang membangunkan seorang gadis yang terlelap nyaman di atas meja kedai tersebut. Kyuhyun menatapnya penasaran.

“Huaa .…” Gadis tersebut kemudian bangun dan berseru kencang. Kedai kecil di daerah Itaewon tersebut sudah mau tutup dan hanya ada si gadis serta Kyuhyun, pelanggan yang masih setia.

“Nona, bayaran Anda tidak cukup, totalnya—“

“Aku tidak punya uang asal kau tahu! Si monster gila itu tidak mau mempekerjakanku! Dia sombong! Tidak punya etika! Ayahku sekarat karenanya!” seru Hyerim sambil menerawang, kemudian menangis.

Kyuhyun yang sedari tadi jadi penonton dadakan, memilih mendekat ke arah gadis tersebut yang sudah jatuh terlelap kembali di meja, sementara si pelayan berusaha membangunkannya kembali. 

“Aku akan membayar pesanan Nona ini, dia …. kekasihku,” ucap Kyuhyun tanpa pikir panjang dan menatap paras ayu Hyerim disertai senyumannya.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Sinar mentari mengusik tidur Luhan, langsung saja dirinya membuka matanya dan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menimbulkan efek suara tulang yang patah. Saat Luhan akan menampakkan kaki di atas lantai marmer rumahnya, sebuah teriakan lengking perempuan terdengar menerobos gendang telinganya.

KYAA!! KENAPA AKU BISA ADA DI SINI?! SIAPA KAU HAH?!”

Luhan mengerutkan keningnya. Biasanya kakak sepupunya—Kyuhyun—, yang biasa berkeliaran di rumahnya, karena memang sepupunya itu belum punya rumah pribadi lantaran baru pindah kembali ke Korea. Tapi kenapa sekarang ada suara seorang gadis? Dengan langkah terburu-buru, Luhan menuju sumber suara. Rahangnya seakan mau lepas kala melihat Hyerim di atas ranjang Kyuhyun.

“KAU!!” seru Luhan menunjuk Hyerim dengan telunjuknya.

Gadis bermarga Kim tersebut yang kelihatan berantakan, langsung membulatkan matanya kala melihat Luhan. 

“KAU! MONSTER ITU? KENAPA BISA ADA DI SINI?!!” teriak Hyerim membuat Kyuhyun bengong melihat kedua orang tersebut yang saling menunjuk. Sungguh ini pagi yang mengejutkan bagi Hyerim yang tiba-tiba bangun di tempat asing yang ternyata tempat tinggal 2 pria yang sama sekali  tidak dikenalnya, oh mungkin 1 pria yang tidak dikenalnya.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Pagi sudah menyapa Kim Taehyung dari bunga mimpinya, menariknya untuk membuka mata dan memulai pagi yang cerah. Hari ini ada niatan dirinya mengunjungi ayahnya di rumah sakit bersama sang kakak. Tapi, ternyata Hyerim belum pulang dari tadi malam.

Noona, masa Noona tidak tahu Hyerim Noona ke mana?” tanya Taehyung khawatir. Di hadapannya berdiri Nara yang tadi dihubunginya untuk segera datang ke rumah susunnya.

“Maafkan aku, Taehyung. Aku main meninggalkan kakakmu.” Nara tampak menyesal dengan menggigit bibir bawahnya. Taehyung pun mengotak-atik ponsel Nara yang dipinjamnya dan kembali menghubungi Hyerim.

“Maaf, nomor yang Anda tuju ….”

Shit!” umpat Taehyung sambil mematikan sambungan itu. Diacaknya rambutnya frustasi. Di mana kah gerangan kakaknya tersebut?

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Kyuhyun menatap heran dua manusia yang duduk bersampingan tepat di hadapannya. Hyerim dengan kemeja kepanjangan Kyuhyun serta rambut acak-acakan, dan Luhan dengan piyamanya sambil menatap tajam Hyerim.

“Jadi …” Kyuhyun mulai membuka topik, membuat kedua orang di depannya menatapnya intens. “Tadi malam aku melihatmu di kedai, Hyerim-ssi. Karena sudah mabuk berat, pelayan sulit berkomunikasi denganmu. Jadi aku yang membayar sisa pesananmu yang totalnya kurang. Aku berniat mengantarmu pulang, tapi di KTP-mu terdapat alamat rumahmu yang lama. Dan ya, aku membawamu ke sini.”

“Lalu kenapa gadis beringas ini memakai kemejamu, Hyung?” Luhan langsung menyerbu Kyuhyun dengan pertanyaan. Hyerim mendelik ke arah Luhan saat lelaki tengil itu menyebutnya beringas.

“Saat sampai ke rumah, Hyerim muntah dan bajunya kena muntahannya. Ya jadi aku menggantinya,” jelas Kyuhyun, Hyerim menatapnya malu dan Kyuhyun hanya tersenyum tipis. “Tenang aku tak melakukan apapun padamu.”

“Terima kasih atas segalanya Kyuhyun-ssi.” Hyerim menunduk dan mengutuk dirinya yang semalam mabuk. 

Luhan menatap Hyerim dan teringat rencananya yang ditolak oleh gadis tersebut. Ah! Sebuah ide terlintas di benak Luhan, membuat dirinya tersenyum miring dan melebarkan pupil matanya.

“Baguslah, Hyung, bila kau tidak melakukan apapun pada Hyerim-ku,” ucap Luhan sambil tersenyum lega ke arah Kyuhyun.

Kyuhyun dan Hyerim menatapnya dengan tatapan terkejut dan mulut terbuka. Luhan bilang apa tadi? ‘Hyerim-ku’? Oh, ayolah, baik Kyuhyun dan Hyerim masih mempunyai telinga normal yang dapat mendengar jernih perkataan Luhan barusan.

“’Hyerim-ku’?” ulang Kyuhyun dan Hyerim hanya memasang tampang bodohnya. Luhan menyandar pada sandaran sofa.

“Ya, dia kekasihku. Lebih tepatnya, calon istriku.” Luhan tersenyum ke arah Hyerim yang hanya mengerjap-ngerjapkan matanya. “Iya, ‘kan, Sayang? Kita akan bertemu Ibu dan Nenek malam ini?” Luhan berujar dengan nada lembut dan mendekat ke arah Hyerim, disusul sebuah rangkulan di bahu ‘kekasihnya’.

“Aaa … begini … —AW!!” Hyerim berseru kala Luhan dengan tidak sopannya menginjak kakinya keras dan menatapnya dengan tatapan ‘iyakan saja’.

Hyerim menghela napas. Dasar monster gila!, rutuknya dalam hati. 

“I— … ya, Sayang, hari ini aku harus ke salon sepertinya hehehe ….” Ingin sekali Hyerim muntah seperti tadi malam saat menyebut Luhan ‘sayang’.

Luhan hanya tersenyum lebar, sementara Hyerim meringis tertahan karena lelaki monster itu belum mau menyingkirkan kakinya darinya. Kyuhyun hanya menatap keduanya sedikit heran.

“Oh … jadi ini … gadis yang akan kau bawa nanti malam?” Kyuhyun pun bersuara, Luhan menatapnya dan menangguk dengan sebuah senyuman. “Kebetulan sekali, ya, kalau begitu. Lebih baik kau antar dia pulang, Lu.” Kyuhyun pun berdiri setelah berucap demikian.

Langkahnya menjauhi sepasang kekasih tersebut. Ditatapnya dalam Hyerim yang sedang bertatapan dengan Luhan seakan mengirimkan kode dari dua kelereng beriris hitamnya tersebut. Kyuhyun merasakan gejolak aneh itu lagi, sebuah perasaan mendebarkan saat melihat gadis bermarga Kim tersebut.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Roda mobil Subaru XV tersebut bergesekkan tenang dengan aspal, membuat beberapa kelopak bunga yang berceceran di jalan terhempas kala benda yang terbuat dari karet tersebut melintas tidak santainya. Di dalam mobil berwarna silver tersebut diisi sepasang sejoli yang sedang beradu argumen.

“Kau bilang apa? Calon istrimu? Kau gila?! Aku tidak menerima tawaranmu sama sekali!” seru Hyerim sambil menatap Luhan yang sedang menyetir dengan santainya. “Ya!” Hyerim berseru karena Luhan tak kunjung menjawabnya.

Luhan melirik sekilas Hyerim dengan malas. “Kau ini berisik sekali!” komentar Luhan yang kembali fokus pada jalanan di depan. Hyerim mendengus. “Coba kau pikirkan. Di hari yang lumayan cerah ini di tahun 2016, sulit sekali untuk dirimu mencari pekerjaan. Memangnya kapan kau akan sadar untuk menerima tawaranku? Saat adikmu dikeluarkan dari sekolahnya? Atau saat ayahmu mati begitu?”

Ya! Jaga ucapanmu, monster brengsek sialan!” seru Hyerim, memandang tajam Luhan yang mengangkat bahunya tak acuh.

Hyerim menghirup oksigen dan membuang karbondioksida keseperkian detiknya. Oh biarkan Hyerim berpikir dulu tentang hal tersebut. Mungkin menerima tawaran Luhan tidak ada salahnya? Toh hanya menikah kontrak saja kan? Tidak perlu melaksanakan kewajiban apapun untuk menjadi istri monster tersebut, hanya perlu berakting saja. Lagi pula ucapan tengil Luhan ada benarnya juga. Di saat seperti ini sangat sulit mencari pekerjaan. Dan ayahnya sangat membutuhkan perawatan, ditambah Taehyung, apakah Hyerim tega membiarkan adiknya putus sekolah begitu saja? Baiklah, kali ini biarkan Hyerim mengembuskan karbondioksida yang terasa menyesakkan dadanya tadi.

“Baiklah, aku mau menerima tawaranmu,” tukas Hyerim akhirnya setelah sekon-sekon berlalu di dalam kendaraan milik Luhan tersebut.

Luhan tersenyum puas dan membanting stirnya menuju suatu tempat. “Bagus, kalau begitu let’s play the game!”

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Bangunan megah yang dipolesi warna putih tersebut berdiri kokoh di daerah Gangnam. Luhan pun menginterupsi Hyerim yang masih memasang tampang bodoh sekaligus bingungnya. Untuk apa Luhan mengajaknya ke butik sekaligus salon? Walau masih heran setengah mati, Hyerim membawa dirinya masuk tepat di belakang Luhan.

“Selamat datang, Tuan Lu.” Seorang pegawai wanita datang dan langsung membungkuk hormat. 

Sepertinya butuh lebih keras neuron otak Hyerim mencerna bahwa butik yang ia pijaki lantainya sekarang berada dalam naungan perusahaan milik Luhan.

“Tolong dandani dia, harus sangat cantik. Kalau tidak, aku pecat kalian semua!” titah Luhan dan langsung melangkah ke depan, meninggalkan si pegawai wanita yang masih membungkuk. 

Hyerim hanya mendengus mendengar penuturan Luhan, dasar lelaki tak punya hati!

“Mari Nona, ikuti saya.” Suara ramah pegawai tadi menyadarkan Hyerim yang sedang menyumpah serapahi Luhan. Hyerim tersenyum balik ke arah pegawai tersebut dan mengikutinya untuk didandani.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Sudah setengah jam lebih Luhan menunggu di sofa yang berada di pojok salon. Sudah beribu-ribu kalinya dirinya membuka majalah fashion tersebut. Hentakan kaki Luhan pun terdengar berdiri dari duduknya disertai perasaan bosan yang terkubur dalam.

“Tuan ….” Seakan peka akan rasa bosan Luhan, pegawai yang tadi membawa Hyerim datang. “Kekasih Anda sudah selesai.”

Kepala yang semula tertunduk pun terangkat dan langsung disuguhi sebuah pahatan Tuhan yang sempurna. Hyerim dibaluti dress hitam pendek beberapa senti di atas lutut, yang bermodel renda bunga-bunga di bagian tangan serta dada, juga pita berwarna putih di depan pinggangnya. Luhan nyaris saja jatuh cinta bila kinerja otaknya tidak meyakinkan gadis yang dipoles oleh makeup natural serta rambut ditata bergelombang tersebut adalah Kim Hyerim.

“Jangan melihatku begitu. Aku merasa kau mengatakan aku terlihat buruk karena jujur saja, aku merasa tidak biasa dengan dandanan begini …,” ucap Hyerim sembari meringis malu dan menggerak-gerakkan kakinya gelisah, lantaran heels putih yang digunakannya.

“Ya, benar. Kau terlihat buruk dan menjijikkan,” komentar Luhan sambil memalingkan wajah ke samping, guna menutupi rasa kagum pada gadis Kim tersebut.

Hyerim merasa menciut lalu menundukkan kepala sambil meremas ujung dressnya. 

Melihat ‘mahakarya’ makeupnya murung, pegawai yang masih setia di sana pun mendekatkan mulut ke telinga Hyerim, lantas berbisik: 

“Anda terlihat sangat cantik, Nona. Mungkin Tuan Lu malu mengakuinya karena memang sifatnya yang dingin.” Si pegawai pun tersenyum menyenangkan usai berbisik—dirinya berbisik karena tidak berani menangkal langsung komentar pedas Luhan yang terkenal tidak punya hati kepada pegawainya—ke arah Hyerim yang langsung balas tersenyum malu sambil menggumamkan ‘terima kasih’. 

Di sisi lain, Luhan meneguk salivanya sendiri kala melihat senyum dari bibir tipis yang dipolesi lipstick pink tersebut. Kim Hyerim di hadapannya ini seketika membuat kinerja otaknya menjadi error

“Cepat, aku harus melatihmu sesuatu!” seru Luhan yang main menarik pergelangan tangan Hyerim pergi dari sana. 

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

“Astaga!” pekik Hyerim saat melihat ponsel silvernya sudah dipenuhi panggilan tak terjawab serta pesan dari ID kontak Nara. “Duh! Pasti Taehyung mencari-cariku. Dan sekarang sudah menjelang senja ….”

Hyerim menggigit bibir bawahnya, bingung harus menghubungi adiknya atau tidak. Bila memang harus menghubungi sang adik, apa yang harus dikatakannya? Tadi, menggunakan mobil Subaru XV-nya, Luhan mengajak Hyerim kembali ke rumahnya. Dan sekon berlalu menjadi menit dan jam, sudah lima jam lamanya Luhan mengajarkan Hyerim dan menginterupsi gadis itu untuk bersikap bagai seorang gadis anggun di hadapan nenek dan ibunya nanti. Dan sangking larut akan amarahnya pada Luhan yang main seenaknya, dirinya lupa akan adiknya yang pasti mengobrak-abrik seluruh Seoul hanya untuk mencarinya.

“Kau kenapa? Seakan sedang tertimpa masalah besar,” ujar Luhan yang baru datang dan menghempaskan diri untuk duduk di sebelah Hyerim.

“Ini semua gara-garamu! Adikku pasti mencari-cariku ke mana-mana!” seru Hyerim menumpahkan amarah yang dari tadi terpendam sambil menatap Luhan jengkel.

Yang ditatap malah menaikan sebelah alisnya kepada Hyerim. “Kenapa juga kau harus mabuk tadi malam? Berarti ini bukan salahku, tapi salahmu,” ujar Luhan, santai.

Hyerim meremas ujung dressnya, berusaha sabar untuk tidak menimpuk Luhan dengan heels yang membuatnya tersiksa ini. 

“Ya tapi—“

“Kemarikan ponselmu ….” Dengan tidak tahu apa itu etika, Luhan merebut ponsel silver Hyerim dan memotong ucapan gadis tersebut. “Halo? Ini adik dari Kim Hyerim? Oh, ini sahabatnya ternyata. Tolong, ya, Nona, beritahu adik ‘kekasihku’ itu untuk tidak khawatir karena sesungguhnya Hyerim tidur di rumahku tadi malam. Dirinya baik-baik saja sekarang. Dia tidak bisa segera pulang, kami ada jadwal kencan.”

Luhan langsung mematikan sambungan tersebut dan melempar ponsel Hyerim kembali pada sang pemilik yang melongo kaget. 

“Lima belas menit lagi, tunggu aku bersiap-siap.” Luhan pun berdiri dan berjalan santai ke kamarnya.

“Errr … dasar monster sialan!” umpat Hyerim yang lalu memandang layar ponselnya sedih. “Bagaimana aku menjelaskannya pada Taehyung juga Nara nanti?” gumam Hyerim dengan nada seakan-akan ingin memecahkan tangisan.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Tampang bodoh tercetak di wajah Nara serta Taehyung kala menerima telepon dari ponsel Hyerim. Kedua orang itu sudah memutari hampir seluruh Seoul untuk mencari Hyerim. Saat tadi menerima sambungan dari nomor orang yang sudah hilang dari tadi malam itu, Nara langsung mengangkatnya dan mengaktifkan mode speaker. Betapa terkejutnya bahwa Hyerim ternyata ….

“Kapan kakakku memiliki kekasih?” seru Taehyung langsung menatap Nara dengan tatapan introgasi. Nara hanya menggigit bibir bawahnya dan mengangkat bahu. “Jadi Noona melewati malam dengan lelaki tadi begitu?” sembur Taehyung membuat Nara tambah shock.

“Sungguh aku tidak tahu apa-apa, Taehyung!” respons Nara tersebut membuat Taehyung menghela napas dan berjalan masuk ke kedai yang tadi malam dijumpai Nara dan kakaknya. “Bibi, apakah tadi malam ada gadis mabuk di sini? Tingginya sebahu saya, rambutnya panjang di atas pinggang satu jengkal, matanya tidak terlalu belo maupun sipit, warna kulitnya putih atau lebih tepatnya kuning langsat.” Taehyung pun langsung bertanya pada bibi-bibi gembul memakai celemek tersebut.

Bibi itu tampak menerawang berpikir dan kemudian matanya berbinar kala mengingat sesuatu. “Ya, aku ingat! Gadis itu dibawa oleh seorang pria yang mengatakan sebagai kekasih gadis tersebut.” Taehyung rasa bahunya merosot dan juga Nara hanya melongo kesekian kalinya saat mendengar penjelasan tersebut.

Noona! Lihat saja nanti!” gumam Taehyung.

║█║✿║█║✿║█║✿║█║ ✿║█║

Decitan antara ban mobil dan aspal dingin tersebut terdengar kala pedal rem ditarik oleh si pengemudi. Luhan dengan sikap angkuhnya seperti biasa, turun dari mobil miliknya dibaluti tuxedo warna hitam. Para kaum hawa yang tak sengaja ada di sana, terkagum-kagum melihat penampilan Luhan. Sepersekian detiknya, turun lah Hyerim dari mobil tersebut membuat para gadis berdecak iri.

“Ikuti aku,” titah Luhan yang berjalan di depan Hyerim.

Hyerim pun menurutinya sambil mengumpat seberapa dinginnya malam ini lantaran angin yang menggelitik bagian kaki jenjangnya yang tidak dibaluti apapun lantaran dressnya sangat pendek. Tiba-tiba saja Luhan menghentikan langkahnya membuat Hyerim bertabrakkan dengan punggung lelaki tersebut. Ditahan oleh Hyerim agar tidak berteriak kesal pada lelaki tak punya hati itu.

“Kenapa main berhenti, sih?” gerutu Hyerim, kesal. 

Luhan masih memasang tampang santainya yang sungguh sangat ingin Hyerim tampar kembali, Luhan menyodorkan tangannya.

“Setidaknya bersikap wajar sebagai sepasang kekasih.”

Hyerim membuang napasnya kasar dan sangat terpaksa, Hyerim mengangkat tangannya yang akhirnya melingkar sempurna di tangan Luhan. Dicampur rasa gugup, keduanya berjalan menuju tempat perjanjian. Akhirnya sampailah keduanya di hadapan dua orang wanita yang sangat berarti dalam hidup Luhan.

“Nenek, Ibu …,” panggil Luhan dengan nada dinginnya seperti biasa. Yang dipanggil sudah memperhatikan sejoli ini dari tadi dengan tatapan berbinar. “Sapa mereka.” Luhan berbisik pelan pada Hyerim yang risih akan tatapan antusias dua wanita paruh baya di hadapannya.

Annyeong haseyo, Kim Hyerim imnida. Saya kekasih Luhan sekaligus calon istrinya ….” Hyerim mengenalkan diri sambil membungkuk. Dapat dirasakan dadanya membuncah hebat karena gugup. Segugup inikah bila akan bertemu dengan calon mertua? Eh … apa? Sepertinya Hyerim terlalu mendalami perannya.

To be Continued

Hallo, maaf banget baru update. Ditambah aku sibuk sama yang lain, kerja kelompok buat presentasi, sekolah subjek Indonesia di skype (resiko tinggal di luar negri sementara, ya asli masalah sekolah ribet ya kalau pindah-pindah keluar Indonesia), dan perbedaan jangka waktu Indonesia-Spanyol. Jadi aku mau bilang maaf untuk waktu Indonesia sekaligus tempat aku, bahwa aku postnya bukan kemarin ya asli tadinya mau kemarin tapi apa daya di kasih kesempatannya hari ini huhu. Yaudah ya aku males bacot lagi, RCLnya ya sayang. 

Author:

❝Because reality is not beautiful like a fiction, but reality can be wonderful more than the fiction.❞ — Luhan's tinkerbell & Shownu's bebe || ©2001

Write ur Love Letter . . . <3